Selasa, 11 Januari 2011

Aktif Berdakwah di Akhir Hayat


Aktif Berdakwah di Akhir Hayat
(Mengenang Drs. H. Darliansyah Hasdi, MAg)

Oleh: Ahmad Barjie B

Ahad, 26 Desember 2010 Darliansyah Hasdi (50) meninggal dunia karena sakit. Ratusan pelayat bertakziah ke rumah duka dan ikut shalat jenazah di Masjid Nurul Ikhlas Sungai Lulut Banjarmasin Timur, selanjutnya dimakamkan di Pematang Sungai Tabuk. Mengimami salat jenazah Prof Dr HM Yuseran Salman, Lc dan sebelumnya disampaikan sambutan mewakili keluarga almarhum dan keluarga besar IAIN Antasari Prof Dr Ahmad Fauzi Aseri, MA.
Cukup banyak akademisi IAIN Antasari Banjarmasin berpulang dalam beberapa tahun terakhir. Sekadar menyebut nama di antara mereka adalah Drs. H. Mugeni Hasar, MAg, Drs H Isa Anshari Az, MAg, Drs. HM Abdurrahim Yasin, Lc, Prof Dr H Alfani Daud, Prof Drs HM Asywadie Syukur, Lc, Prof Dr. HM Gazali, MAg, Drs. HM. Jumberi Muhammad, Lc, MA, Drs. H Murdian Hasyim, Drs H. Murjani, MAg, Drs, HM Zaini dan masih banyak lagi.
Banyak di antaranya meninggal dalam usia relatif muda. Sebutlah misalnya M Gazali (49), Mugeni Hasar (54), Isa Anshari (54), dan terakhir Darliansyah (50). Hanya sebagian yang meninggal setelah habis masa bakti. Ini penting menjadi renungan dan catatan kita bersama.
Menurut  Human Development Index (HDI), usia harapan hidup (life expectancy) orang Indonesia saat ni (2010) sudah cukup tinggi, yaitu 68,6 tahun. Berarti terjadi peningkatan signifikan dibanding tahun 1995, yaitu 64,5 tahun bagi pria dan 65 tahun wanita. Memang kalau dibanding dengan orang Tionghoa, Jepang dan beberapa negara Barat, usia harapan hidup kita masih relatif rendah. Ini wajar saja, karena kalau mengacu predikasi Nabi saw, usia umatnya hanya berkisar 60-70 tahun. Kalau ada di atas itu hanya bonus dan pengecualian.
Dalam hidup ini yang penting sebenarnya bukan seberapa tinggi usia harapan hidup kita. Karena berapa pun jatah usia, kita tidak pernah tahu. Itu sepenuhnya hak prerogative Allah swt menentukannya. Yang bisa kita lakukan hanya  manjaga kesehatan, berdoa panjang umur dan menghindari hal-hal yang dapat memperpendek usia seperti miras, narkoba dan hidup membujang. Tetapi kematian dapat datang dari berbagai pintu, termasuk kecelakaan lalu lintas saat ini dominan sebagai pencabut nyawa instan.
Lebih penting tentunya bagaimana mengisi hidup agar bermakna. Ada hadits mengatakan sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan banyak kebaikannya. Sejahat-jahat manusia, panjang umurnya dan banyak keburukannya. Kalau umur kita pendek, tapi kebaikannya banyak, berarti juga termasuk kategori pertama. Ukuran baiknya kehidupan itu tentu menurut agama, yaitu beriman dan bertakwa serta bermanfaat bagi sesama manusia.
Konsen berdakwah
Uzkuru mahasina mautakum wa kuffu an masawihim (ingat-ingatlah kebaikan orang yang meninggal di antara kamu, dan jangan kau ingat/sebut keburukannya), demikian pesan Nabi saw.
 Ada banyak kebaikan yang telah ditorehkan oleh almarhum Darliansyah Hasdi selama hidupnya. Ketika saya masuk kuliah di IAIN Antasari, Darli (begitu biasa dipanggail) sudah hampir sarjana. Dia banyak berperan mentraining mental mahasiwa baru melalui Pekan Orientasi Mahasiswa (POM). Di antara keahliannya saat itu adalah merangkai kata sehingga banyak mahasiswa menangis dan pingsan, terutama saat bai’at di akhir kegiatan. Sebelum ramainya ESQ, Darli sudah lebih dahulu mempraktikkannya.
Hal sama juga dilakukannya ketika memberikan bekal kepemimpinan dan kemahasiswaan pada forum Masa Perkenalan Calon Anggota (Maperca) HMI. Sebelum aktif di PMII saya sempat juga menggali pengalaman di HMI.
Setelah Darli menjadi karyawan dan dosen, ia tetap terbuka dan bergaul dengan siapa saja. Kalau ketemu, hampir selalu bersalaman, dan saling menanyakan kabar. Ketika pertama kali masuk TV, saya bertanya, apakah Pak Darli sudah banting setir dari dosen ke juru dakwah. Sambil guyon dia balik bertanya kepada saya, apakah tidak salah lihat. Saya yakin karena kemudian semakin sering dia tampil berdakwah, di berbagai masjid, mushalla dan pengajian, dan banyak juga yang diliput oleh media massa cetak dan elektronik.
Di antara kelebihan Darli dalam berdakwah, dia komunikatif, humoris, tapi tegas dalam hal hukum. Mungkin karena dia alumni dan mengajar di Fakultas Syariah IAIN Antasari, maka pendekatan dakwahnya lebih normatif, dengan acuan utama Alquran dan hadist. Menurut Rektor IAIN Antasari Ahmad Fauzi Aseri dalam sambutan shalat jenazah, Darli adalah dosen mata kuliah hadis, dan di IAIN Antasari dosen yang ahli di bidang ini cukup langka.
Akhir hayat
Pilihan hidup yang saya kagumi dari Darli ialah keaktifannya berdakwah dalam tahun-tahun sebelum meininggal. Apakah hal itu didorong ilmu agama yang dimiliki, permintaan masyarakat atau karena sudah merasakan sakit, yang jelas Darli cukup all out berdakwah.
Bagi kita, terutama PNS, akademisi, intelektual dan pejabat, bukanlah hal mudah untuk terjun ke dunia dakwah. Meski memiliki ilmu agama yang patut disampaikan, tidak sedikit orang memilih dunia lain yang relatif berbeda dan agak jauh hubungannya dengan dakwah.
Saat ini adalah dunia materi, proyek, kedudukan, status, prestise dan prestasi. Banyak orang tergoda untuk mengejarnya secara gigih. Kadang dengan melupakan bahwa dia alumni perguruan tinggi agama. Akhirnya jadilah sebagai PNS karier, yang hampir tidak sempat lagi mengabdikan diri untuk masyarakat.  Orang tidak tahu lagi kalau kita pernah sekolah agama, bahkan sarjana agama. Kita menjadi sama dengan orang umum (awam).
Daya tarik demikian, sering melenakan kita, sehingga tidak terasa usia kita sudah hampir berkepala 4, 5, 6 bahkan lebih. Kesadaran kita terkadang datang terlambat. Ketika kita mau aktif dalam urusan agama, dakwah, masyarakat sudah melupakan kita, atau fisik kita mulai tidak mendukung. Kesibukan keluarga dan pekerjaan juga tiada habis-habisnya.
Karena itu dalam rangka otokritik dan tawashau bil haq, kita pesankan kepada siapa saja, mari gunakan usia secara bermanfaat, terutama untuk agama dan masyarakat. Ketika kita perjuangkan agama sesuai kemampuan, dunia kadang ikut menyertai. Kalaupun dunia tak dapat, masih ada akhirat di mana tabungan dunia akan dipetik. Kebijakan pemerintah yang menjadikan ekonomi PNS semakin mapan saat ini, justru menjadi peluang seluas-luasnya untuk banyak berdakwah dan mengabdi masyarakat, terutama secara sukarela dan non profit. Ilmu yang dimiliki hendaknya ditransformasikan secara optimal, tidak saja kepada mahasiwa tapi juga masyarakat. Diundang atau tidak dakwah dan pengabdian seharusnya jalan terus.
Semoga kita dapat menirut perikehidupan Darliansyah Hasdi, yang meninggal di usia muda, tapi dapat mengukir hidup yang berkesan dan bermakna. Semoga Darliansyah dan kita semua hidup dalam ridha Allah dan kembali kepadaNya dalam keadaan hunul khatimah. Semoga keluarganya sabar dan tabah. Amin. 
   

Pengamat sosial keagamaan, tinggal di Banjarmasin 

1 komentar:

  1. semoga guru-guru yang disebutkan mendapatkan rahmat dan ampunan serta mendapatkan tempat yang layak di sisi Allah SWT. amin

    BalasHapus